Pada pelajaran lalu, kita telah belajar tentang bagaimana Tuhan memanggil pekerja untuk menuai ladang yang telah menguning. Kali ini mari kita belajar bagaimana hal ini pernah terjadi di Amerika.
Pada tahun 1607, ketika para pendatang Inggris berdatangan ke Amerika untuk mencari emas namun tidak menemukannya, mereka mulai beralih kepada rempah-rempah, membangun pertanian dan mengejar kebebasan beragama. Hal ini sepertinya terdengar luar biasa, tujuan utama mereka adalah misi penginjilan.
Empat ratus tahun lalu, penduduk Inggris pertama mulai membangun komunitas permanen di pantai Virginia dengan tujuan yang tidak biasa. Mereka membuat deklarasi “A True and Sincere Declaration of the Purposes and Ends of the Plantation Begun in Virginia.” Dalam deklarasi tersebut, prinsip pertamanya adalah “untuk memberitakan dan membatis orang untuk masuk agama Kristen.” Mereka yang membaca piagam tersebut dikirim ke Amerika dan pada 26 April 1609, koloni dari Inggris itu mendarat di Amerika, tepatnya di Cape Henry, Virginia, saat ini Virginia Beach.
Setelah koloni itu mendarat, yang pertama kali mereka lakukan adalah mendirikan salib dari kayu pohon ek dan mendedikasikan tanah itu untuk Tuhan. Saat ini sebuah prasasti berdiri di Cape Henry tepat dimana salib itu pernah berdiri.
Ketika Allah melihat dari sorga ke Amerika, Ia mengingat perjanjian yang pernah Ia buat dengan koloni Inggris pertama yang sampai di negeri itu, “Untuk memberitakan Injil dan membabtis orang masuk agama Kristen dan oleh propagansi dari Injil, membawa orang mengalami kelepasan dari cengkeraman Iblis.
Tapi perjalanan koloni Inggris itu tidak hanya sampi di situ. Tahun 1611, Rev Alexander Whitaker memulai menginjili suku asli sekitar Jamestown. Salah satu kisah terkenal bagaimana ia mengkonversi suku asli adalah kisah Pocahontas, putri kepala suku Powhatan.
Pada tahun 1616, setelah cukup banyak orang Indian mengenal Kristus, koloni itu mendirikan Henrico College dengan tujuan mengajari orang Indian untuk membaca Alkitab. Namun pada 22 Maret 1622, Henrico College diserang oleh suku Indian dan menewaskan 347 orang koloni Inggris. Mereka yang selamat dari serangan itu berkat peringatan dari Chanco, salah satu orang Indian yang telah menerima Kristus.
Namun gerakan misi tidak berhenti sampai disana. Pada tahun 1806 atau dua ratus tahun kemudian, kegerakan misi bangkit kembali dan William Carey pergi ke India bersama lima orang mahasiswa. Tapi kegerakan ini baru menjadi besar 84 tahun kemudian, ketika di tahun 1890an muncul gerejan Student Volunteer Movement. Mulai tahun 1895 hingga 1920an, ribuan mahasiswa Amerika telah menjadi misionaris di berbagai belahan dunia. Dalam beberapa tahun kemudian, lebih dari sepuluh ribu misionaris telah dikirim untuk menuai tuaian.
Setiap kegerakan mengalami naik dan turun, demikian juga dengan kegerakan misi ini. Hanya dalam waktu lima tahun, pada tahun 1925, hanya ada 600 orang yang menjadi utusan misi. Bahkan pada tahun 1930, Student Volunteer Movement telah menutup kantor mereka.
Menurunnya kegerakan misi ini di ikuti oleh depresi besar yang melanda Amerika. Lalu Perang Dunia II dimulai, jutaan orang, beberapa Kristen, beberapa tidak, di usir ke medan perang. Ketika perang selesai, mulai tahun 1948 hingga 1952, sekitar delapan ratus agen misi mengirimkan 350 ribu misionaris untuk memberitakan kabar baik.
Dua dekade kemudian, Amerika menjadi negara paling makmur di dunia, namun bersama naiknya kemakmuran di negara ini jumlah misionaris makin merosot.
Sebagai orang Kristen, kita punya pilihan. Di satu sisi kita dapat memilih untuk mengejar menggenapi amanat agung, atau kita ikut larut dalam kemewahan dunia. Bagaimana Yesus memandang ladang-Nya hari ini, masih sama seperti ketika Ia memandangnya pada dua ribu tahun lalu. Ladang telah menguning, namun pekerjanya sedikit. Untuk itu mari kita berdoa meminta Tuhan mengirimkan para penuai-Nya serta menyediakan diri untuk diutus ke ladang-Nya. Mari katakan seperti yang Yesaya katakan, “"Ini aku, utuslah aku!" (Yesaya 6:8).